Eli baru saja selesai berganti pakaian setelah mengikuti senam rutin pada hari Jum’at. Saat sahabatnya terburu-buru mengajak ke mushola kampus.

” Eli,ayo bareng!!” Ajak Niken.

“Ayo.” Jawab Eli.

Mereka pun berjalan bersama ke mushola.

Ruangan yang semula ramai menjadi sepi saat mahasiswi melihat Eli melewati deretan kelompok mereka.

Dengan mantap Eli langsung mengambil duduk yang biasa dia pilih. Karpet masjid terdepan berdekatan dengan tabir.

Niken yang sedang tidak berhalangan langsung mengambil mukena untuk melaksanakan sholat dhuha.

Bisik-bisik pun mulai dimulai. Eli paham betul apa yang mereka bicarakan. Tentunya bukan tentang gus Awe lagi, tetapi tentang tingkah Eli kemarin.

Eli pun menghiraukan mereka dengan membaca novel yang dia bawa.

Ketika para mahasiswa sedang mengerjakan aktifitas masing-masing, suara microfon pun berbunyi menandakan jika kegiatan membaca surat Al-Kahfi akan dimulai.

Setelah bacaan dilantunkan, para mahasiswi menyadari suara yang baru mereka dengar tidak seperti hari-hari Jum’at biasanya.

Mereka pun banyak yang saling bertanya siapa yang melantunkan bacaan Al-Kahfi dengan suara merdu itu.

“Iiih itu suara siapa sih?? Bagus bangett! ” Ujar Lestri.

“Iya benar, jadi penasaran deh.” Ucap temannya yang lain.

Begitupun dengan Eli ,sedikit penasaran dengan siapa orang yang telah mengakhiri bacaan Al-kahfi dengan hamdallahnya .

Leher Eli terangkat sedikit demi sedikit, mencoba mengintip diantara kerumunan mahasiswi lain didepannya. Namun yang terlihat hanyalah wajah seorang pria setengah tertutup sorban dan berjubah hitam.

Tiba-tiba debaran dihatinya begitu kencang,hingga dia pun meraba untuk menenangkannya.

To be continue..