Selamat membaca.. 😇

Jangan lupa ⭐dan 💬..😍

Typo bertebaran..

“Assalamu’alaikum wr.wb” gus Awe memasuki rumah setelah selesai mengajar.

“Wa’alaikumsalam wr.wb” jawab pak kyai Hadi dan umi Kiky secara bersamaan.

“Wildhan, ada yang ingin abah bicarakan sama kamu!” ujar pak kyai Hadi.

Wildhan menghentikan langkahnya dan beranjak duduk didepan pak kyai Hadi.

” Iya bah, mau berbicara soal apa ya?”

Awe sebenernya sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan abah nya itu. Apalagi kalau bukan pembahasan kapan Wildhan menikah.

“Bah, Wildhan baru dateng, biarkan dia istirahat dulu!” tegur bu nyai Kiky pada suaminya.

“Tidak apa umi, biar Wildhan sama abah bicara sekarang saja.” sahut Awe.

“Seperti yang sudah abah bicarakan sebelumnya nak, kamu kan anak abah sama umi satu-satunya. Umur abah sama umi semakin hari semakin berkurang, abah sama umi ingin kamu segera menikah. Kami tidak memaksa kamu mau menikah dengan siapa, itu sudah menjadi urusan kamu.” pak kyai Hadi memulai pembicaraannya.

Beliau menatap lekat kearah putra satu-satunya.

” Iya nak, abah sama umi ingin sekali melihat kamu duduk bersanding dipelaminan. Umur kamu juga sudah terbilang mapan untuk berumah tangga.” imbuh bu nyai Kiky.

Awe termenung. Ini bukan pertama kalinya abah serta umi nya menanyakan perihal menikah serta calon istri padanya. Awe bingung akan menjawab apa. Dia sangat ingin membahagiakan kedua orang tuanya, tapi disisi lain dia pun bingung belum menemukan sosok yang tepat.

“Nak, kenapa to malah ngelamun?” tepukan pelan bu nyai Kiky menyadarkan Awe.

“Laki-laki jodoh itu dicari nak, bukan ditunggu. Apa perlu abah bawa perempuan untuk dikenalkan dengan kamu. Lihat ,sekian banyak perempuan di Bec, mosok tidak ada yang sesuai kriteria kamu. Banyak dosen Bec yang baik, sholehah.” ucap abah Wildhan lagi.

“Kalau tidak tertarik sama salah satu dosen Bec, barang kali kamu tertarik dengan salah satu mahasiswi Bec. Kamu tinggal beritahu,nanti abah sama umi pasti akan mengkhitbahnya untuk kamu.”

Mendengar kata mahasiswi, seketika otaknya tiba-tiba berkelebat teringat nama yang membuat jantungnya berdebar keras.

Tanpa sadar wajah Wildhan melengkung membentuk senyum samar.

“Lho, kok malah senyum-senyum sendiri nak?” tanya umi Kiky dengan nada aneh.

Seketika Wildhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan muka memerah malu.

To be continue..

Gus Awe pas inget nama Eli..
Gus Awe pas ketauan senyum sendiri..

Gemes yah..