
Aku menyapa Lian yang sedang memandangi foto ibuku. Dia terkejut dan membalikan badannya kearahku.
“Ibumu mirip sekali ya dengan Ais.” katanya.
Aku melirik kearah foto ibuku.
“Yah begitulah,dia wanita yang luar biasa. Sama seperti wanita yang ada dihadapanku sekarang.” ucapku sambil memandangi Lian dengan senyuman.
Mendengar ucapanku tersebut membuat Lian malu dengan wajah yang memerah. Dia membuang muka dariku untuk menutup rasa malunya.
Lalu tiba-tiba tangannya bergerak menyentuh perutku,dan dia mencubitnya.
“Apasih Abraham bikin malu aja deh.” ucapnya salah tingkah.
“Hahaha…jangan cubit juga dong, galak ya..” timpalku gemas.
Aku dan Lian saling bertatapan dengan wajah yang memerah.
“Cieee…!!” celetuk adikku membuat aku dan Lian terkejut.
“Ais, sekarang tengil yaa.” ucapku
Aku mengejar adiku yang mencoba kabur.
Lian hanya tertawa dan memperhatikan tinggah kami.
Mbok Siti dan para pekerja dirumah kami kembali pada kegiatannya masing-masing.
Ayahku mengambil cuti selama seminggu untuk mengurus kematian ibuku.
Aku mengambil libur dua hari disekolah. Ais telah kembali normal. Adikku dicarikan dokter baru untuk terapinya dirumah sakit.
Bukan kami sudah tidak dirundung kesedihan lagi. Tetapi guruku pernah berkata “Kematian seseorang bukanlah kesedihan yang harus dibawa berlarut-larut.”
Masih ada rasa sedih dalam diri kami semua atas kematian ibuku.
The end..
Kita mau kasih bonus foto dari para cast nih. Kalo penasaran klik link di bawah ini…
Cast The Autism…
kan sudah tamat.
SukaSuka