
Diruang tamu dhalem pak kyai Hadi duduk bersebelahan dengan bu nyai Kiky, mereka berbincang hangat sampai akhirnya menemukan Awe berdiri disamping pintu.
Awe langsung menghampiri kedua orang tuanya.
Awe mengamit tangan keduanya dan menciumnya lembut.
“Abah umi, insyaAlloh Wildhan sudah menemukan calon pendamping untuk Wildhan. Tinggal memantapkannya dengan ridha dari abah sama umi.” ucap Awe to the point.
“MasyaAlloh nak, ” seru keduanya.
Mereka mengahampiri Awe dan memeluknya secara bersamaan.
“Saking bahagianya mendengar kabar, hingga tak menyadari kami hiper begini nak.” ucap kyai Hadi sambil tertawa kecil.
Awe pun mengulum senyum.
“Siapa nak, calon menantu umi? Dosen sini, opo mahasiswi sini? Umik kenal tidak? Tanya bu nyai Kiky dengan beruntut.
“Ada mi, mahasiswi disini, yang Wildhan ajar juga.” jawab Wildhan kalem.
“Yang seperti apa nak, pasti ayu pisan? ” tanya bu nyai lagi.
“Hmmm, Wildhan belum pernah melihatnya sih umi.”
Krik.. Krikk..
Bu nyai dan Pak kyai Hadi dibuat bingung.
“Lalu bagaimana cara kamu mengenalnya nak? ” tanya pak kyai Hadi angkat bicara.
Beliau merasa heran dengan putra semata wayangnya ini.
“Abah umi, Wildhan mengetahui namanya, dan ada yang berbeda didiri Wildhan. Maka dari itu Wildhan melakukan shalat istigharah untuk meyakinkan. Alhamdulillah Wildhan bertambah yakin.” jawab Wildhan menerangkan.
“MasyaAlloh nak, umi ingin tahu siapa nama cah ayu itu? ” tanya bu nyai penasaran.
“namanya Resital Biola Eli Al-Istiqomah,umik.” jawab Wildhan dengan salah tingkah.
Pada saat itu bu nyai Kiky bisa melihat hal yang tidak biasa pada diri Awe. Putranya itu tampak salah tingkah dan merasa tak nyaman duduk disampingnya, resah? Mungkin..
Seketika beliau tersenyum misterius..
To be continue..
Update pendek…